x
C o n s e r v e

About Us

CONSERVE INDONESIA

Catalyzing Optimum Management of Natural Heritage for Sustainability of Ecosystem, Resources and Viability of Endangered Wildlife Species (CONSERVE)

merupakan proyek nasional yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indonesia sebagai Implementation Agency, difasilitasi oleh United Nations Development Program (UNDP) Indonesia serta dukungan pendanaan dari Global Environmental Facility (GEF) Fase ke-7. CONSERVE dirancang untuk memperkuat pengelolaan lanskap prioritas baik di dalam maupun di luar kawasan konservasi untuk meningkatkan konservasi keanekaragaman hayati, menghasilkan praktik penggunaan lahan dan mata pencaharian yang berkelanjutan serta mengatasi perdagangan satwa liar ilegal.

Lanskap Proyek


Lanskap Ulu Masen-Aceh

Lanskap Ulu Masen-Aceh adalah lokasi proyek CONSERVE dengan luas terbesar yaitu 938.556,32 Ha sebagai habitat bagi spesies harimau Sumatera dan gajah Sumatera yang sangat terancam punah (Critically Endangered). Komponen ekosistemnya terdiri dari pegunungan, perbukitan dan dataran rendah dengan kekayaan pohon kayu keras seperti semaram, merbau, keruing dan meranti. Interaksi negatif manusia dan satwa liar yang tercatat di lanskap ini menjadi salah satu latar belakang intervensi proyek untuk membangun dan meningkatkan pengelolaan lanskap baik di dalam maupun di luar kawasan konservasi, khususnya melalui skema koridor satwa liar dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.



Lanskap Seblat-Bengkulu

Lanskap Seblat-Bengkulu menjadi lokasi proyek terpilih dengan luas 101.061,87 Ha yang juga merupakan habitat bagi spesies harimau dan gajah di bagian Barat Daya pulau Sumatera. Selain pengelolaan lanskap melalui skema koridor satwa liar, peningkatan praktik penggunaan lahan dengan mata pencaharian berkelanjutan menjadi target utama di lanskap Seblat-Bengkulu. Kolaborasi dengan pihak swasta untuk mencapai pengelolaan kawasan terpadu serta pelibatan masyarakat di sekitar Taman Wisata Alam (TWA) dan Pusat Latihan Gajah (PLG) Seblat diharapkan dapat meningkatkan manfaat ekonomi kawasan dengan pengembangan potensi alam (wisata alam).



Lanskap Moyo Satonda

Moyo Satonda merupakan lokasi lanskap proyek di Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas 31.200,15 Ha. Kakatua kecil jambul kuning menjadi spesies kunci di lanskap ini karena statusnya yang terancam punah akibat perburuan ilegal. Lanskap Moyo Satonda menjadi Taman Nasional ke-55 melalui surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK. 901/MENLHK/SETJEN/PLA.2/8/2022. Selain lanskap, potensi pengembangan bentang laut (seascape) dapat menjadi pemanfaatan potensi alam (wisata alam) berkelanjutan karena komponen keanekaragaman hayatinya yang tinggi dengan lebih dari 110 jenis ikan karang, 28 genus karang, 33% - 95% tutupan karang dan menjadi daerah migrasi 12 jenis Cetacean.

Total area pengelolaan OECM dan koridor satwa liar

0

Hectare

Total penerima manfaat dan persentase gender

0

Individu

Total penerima manfaat Perempuan

0

% Female

Total Jarak Patroli

0

Kilo Meter